Kamis, 28 Oktober 2010

Wanita Butuh Lebih Banyak Sentuhan

Sentuhan
Bagi bayi dan anak-anak, kontak fisik dapat berarti hidup atau mati. Seorang dokter di New York, AS, mendapatkan fakta itu secara tidak sengaja. Ketika itu tahun ’40-an, ia heran melihat tingginya angka kematian bayi prematur di sebuah rumah sakit. Sambil mencari penyebabnya, ia memerintahkan agar setiap bayi di situ digendong beberapa kali sehari. Ternyata tingkat kematian bayi-bayi prematur itu menukik tajam hampir ke angka nol.

Dalam suatu penelitian di Universitas Purdue, seorang petugas perpustakaan diminta menyentuh tangan sejumlah mahasiswa yang meminjam dan mengembalikan buku. Rupanya sentuhan yang biasa sajapun dapat mencerahkan hati. Mahasiswa-mahasiswa itu mengatakan, suasana perpustakaan menyenangkan dan petugasnya ramah. Padahal petugas tidak mengobral senyum atau bersikap ekstra ramah.
Wanita memiliki kebutuhan lebih besar untuk disentuh dibandingkan pria, sebab mereka punya lebih banyak ujung syaraf di setiap inci kulitnya. Perbedaan kebutuhan sentuhan pada pria dan wanita itu dapat juga diteliti dari sikap masyarakat umumnya. Seperti sudah menjadi hal yang umum terlihat, wanita sudah diperkenalkan pada bahasa cinta – yang mengekspresikan perasaannya melalui fisik – sejak mereka masih kecil. Biasanya, sebelum ayah ke kantor, anak perempuan diminta mencium pipi dan memeluknya. Ketika jalan-jalan, anak perempuan otomatis menggandeng ayahnya. Saat beranjak remaja, perempuan lebih leluasa memeluk, memegang tangan atau mencium pipi kawannya sesama wanita.
Di masa pacaran, sentuhan adalah sinyal bahwa dua orang yang bergandengan tangan merupakan sepasang kekasih. Bagi pasangan baru, sentuhan sangatlah berarti. Pada hubungan yang sudah berlangsung lama, hal yang sama bisa berlaku juga. Cinta pasangan sering diukur melalui sentuhannya. Masih adakah cinta itu atau sudah lenyap.
Sita (29 tahun) bercerita, “Saya dan Bambang pergi ke suatu pesta yang dihadiri teman-teman Bambang. Saya diperkenalkan kepada mereka sambil ia melingkarkan tangannya di pinggang saya. Wah, saya merasa istimewa sekali.”
Petunjuk pertama yang ditangkap Sita bahwa Bambang menyukainya adalah melalui sentuhannya. Begitu juga sebaliknya ketika hubungan mereka merenggang. Sita cepat mengetahui hal itu lewat sentuhannya juga. “Ketika kami sedang berjalan pulang,” kenang Sita, “saya memegang tangannya, ia menepis. Itu terjadi beberapa kali pada kesempatan yang berbeda. Jadi, ketika ia memutuskan hubungan kami, saya tidak terkejut”.


Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial