Rabu, 05 Januari 2011

Berencana dan bercita-cita boleh saja, asalkan kita tidak lupa untuk berada di level mewujudkannya, bukan hanya di level bermimpi.

2010 akan segera berakhir. Cepat sekali bukan? Seperti biasa kita akan mengenang kembali apa yang telah terjadi dalam 1 tahun ini. Begitupun otomatis kita jadi berpikir dengan rencana kita tahun depan.



Saya memilih untuk berkonsentrasi mewujudkan cita-cita dalam berbagai tindakan saya, dibanding berkonsentrasi dalam berencana dan bermimpi. Saya sadar, terkadang kita berkonsentrasi untuk ingin ini dan itu, tapi bukan berkonsentrasi dalam mewujudkan ini itu. ‘Ingin’ dan ‘bertindak mewujudkan’ adalah 2 hal yang berbeda.



Berencana dan bercita-cita boleh saja, asalkan kita tidak lupa untuk berada di level mewujudkannya, bukan di level wacana, bukan hanya di level bermimpi.



Terkadang kita juga begitu menginginkannya cita-cita kita terwujud, hingga lupa berproses. Lupa bahwa beberapa hal tertentu, bahkan banyak hal yang ternyata butuh waktu yang lama untuk mewujudkannya. Kita terobsesi untuk menjadikan impian segera nyata, ingin instant, akhirnya menjadi seseorang yang tidak ‘menapak’, tidak realistis, tidak matang.  Berproses adalah hal yang alami dalam kehidupan dan dapat membuat diri kita matang. Proses harus dijalani dengan awareness, alias kesadaran, tentang mengapa, apa,bagaimana, dimana, kemana, kapan dan siapa yang sedang berproses disini. 



Dalam perjalanan berprosespun kita harus senantiasa ‘berhenti’ untuk menempatkan diri dilingkar luar proses tersebut, supaya kita bisa melihat proses tersebut dalam sebuah perspektif dari luar ke dalam. Kalau kita tenggelam dalam lingkar dalam proses itu saja, kita bisa saja jadi kehilangan perspektif dan kehilangan objektifitas dari kenapa kita berproses. Sama halnya seperti jika kita jalan disebuah bukit. Apabila kita sibuk menaiki bukit tersebut, dan tidak berhenti untuk melihat disekeliling dan bukit dibawah yang sudah kita lewati, kita jadi lupa sudah seberapa tinggi kita menapaki bukit tersebut. 

Terlalu asik berproses sampai lupa pada tujuan asalnyapun bisa membuat kita kehilangan arah.



Bahkan dengan berhenti dan melihat sudah seberapa jauh kita melangkah pada bukit tersebut, kita bisa bersyukur atas pencapaian yang sudah tercapai selama menapaki bukit itu, dan kita juga jadi bisa menikmati  indahnya pemandangan bukit yang kita lewati. Begitupun konteksnya dalam hidup. Untuk berhenti dan mengevaluasi proses dalam berkehidupan, sama pentingnya dengan mensyukuri tiap langkah proses yang sudah di lewati dan menikmati setiap prosesnya.



Terlalu asik berproses sampai lupa pada tujuan asalnyapun bisa membuat kita kehilangan arah. Jika kita sadar akan hal tersebut, tentu itu menjadi tidak terlalu bermasalah. Terkadang membiarkan diri ‘kehilangan arah’ itu baik, jika memang ‘kehilangan arah’ tersebut dilewati dengan k-e-s-a-d-a-r-a-n. Untuk dimengerti disini, ’kehilangan arah’ disini bukanlah dalam konteks pengerusakan diri, tetapi lebih dalam konteks eksplorasi kehidupan dan eksplorasi diri yang dilakukan dengan sadar dan bertanggung jawab. 



Namun jika terlampau asik berproses dan sama sekali tidak menjalaninya dalam level kesadaran hingga lupa tentang kenapa dan apa objektifitas kita dalam berproses serta kemana arah proses kita ini, bisa-bisa proses yang kita alami dalam mencapai cita-citapun tidak efektif, bahkan bisa saja proses yang kita jalani menimbulkan kerusakan yang merugikan diri kita . Jadi, berprosespun harus dilakukan dengan s-a-d-a-r.



Mungkin saja, hidup bukan dinilai dari seberapa besar dan hebat rencana kita tiap tahun. Tapi seberapa kita sadar dalam menjalani proses berkehidupan. Karena pada akhirnya, kesadaran tersebutlah yang menentukan kualitas kehidupan kita.



Selamat berproses dengan sadar.

Kamis, 04 November 2010

PEREMPUAN LEBIH PANDAI BERGAUL

Ada beberapa jenis pekerjaan yang cenderung dipercaya apabila kaum Hawa-lah yang melakukannya. Jabatan seperti public relation (PR) atau sekretaris, misalnya, akan lebih baik kalau dipegang perempuan. Demikian berita yang ditulis oleh harian Sinar Harapan.

Anggapan diskriminatif? Tidak juga. Sebuah penelitian terbaru membuktikan bahwa faktor genetika dalam tubuh perempuan membuat mereka jauh lebih hebat dibanding lelaki dalam menangani hal-hal tertentu.

Dr Ruth Campbell dari University College London (UCL), Inggris mengemukakan bahwa kunci dari semua itu adalah kromosom X. “Ada sejumlah gen dalam kromosom X yang berperan penting dalam pertumbuhan kemampuan sosial manusia,” demikian Campbell seperti dilansir BBC News baru-baru ini.

Kromosom X yang sangat dominan pada tubuh perempuan ini ternyata telah memprogram secara genetika kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Pada kaum Adam kromosom ini hanya ada satu, sehingga kemampuan sosialisasi laki-laki berada di bawah perempuan.

Campbell berpendapat, dengan memiliki dua kromoson X maka manusia lebih berani tampil dalam pergaulan sosial. Bahkan mereka tak sungkan memperlihatkan emosi dan perilaku alamiahnya di hadapan umum.
Faktor inilah yang membuat banyak perempuan yang tak malu-malu untuk mengungkapkan emosinya di depan publik seperti menangis, marah-marah atau tertawa sekencangnya. Ekspresi macam ini jika dilakukan oleh laki-laki kurang bisa diterima oleh publik.

Sindrom Turner
Bukti lain datang dari penelitian terhadap perempuan penderita Sindrom Turner, yakni sebuah kondisi kelainan genetika perempuan yang diakibatkan kehilangan kromosom X. Banyak perempuan penderita Sindrom Turner mengalami kesulitan melakukan interaksi sosial dan tidak bisa membaca bahasa tubuh. Secara intelijensi mereka cukup normal dan memiliki kemampuan verbal selayaknya manusia lain.


Tim peneliti dari Departemen Ilmu Komunikasi Manusia, UCL melakukan uji akurasi persepsi terhadap 41 perempuan penderita Sindrom Turner. Kepada mereka diperlihatkan gambar dua wajah, satu tampak dari depan dan lainnya gambar orang yang memalingkan muka.

Hasilnya, perempuan penderita kelainan ini memiliki kekurangan dalam menguraikan apa yang dilihatnya.
Campbell menyatakan, bukan berarti kaum lelaki sedemikian buruknya dibanding perempuan dalam bersosialisasi. Ada pula sebagian lelaki yang memang sudah “berbakat” bergaul. Namun, tak bisa disangkal bahwa dalam kondisi tertentu, lelaki maupun perempuan lebih tertarik untuk mengajak bicara perempuan yang belum dikenal daripada lelaki.

Dari sini dipertimbangkan pula mengapa penyakit autisme lebih banyak diderita kaum Adam dibanding kaum Hawa. Menurut David Potter dari National Autistik Society mengemukakan, kemungkinan ada hubungan antara kromosom X dengan autisme.

“Fakta ini masih berupa kepingan kecil gambar dari sebuah puzzle yang harus dirangkaikan apabila kita memerlukan penjelasan lengkap kasus autisme,” paparnya.

Kini jelas sudah mengapa sebagian besar profesi PR dan sekretaris dipegang oleh perempuan. Kalau pun ada kaum lelaki yang dipandang profesional dalam kedua jenis pekerjaan itu cenderung dicap sebagai “banci” atau keperempuan-perempuanan.

Sebelum menentukan bidang kerja yang digeluti, ada baiknya kita mengukur kadar kromosom X lebih dulu.
Popularity: 3%

Kata kunci pencarian:


Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial

PIKOLOGI PEREMPUAN

Bulan ini empat tahun lalu, Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) disahkan setelah perjuangan kelompok perempuan selama kurang lebih 7 tahun. Meskipun lingkup KDRT yang dimaksud dalam UU ini tidak terbatas pada kekerasan suami terhadap istri, namun kasus inilah yang awalnya menggerakkan pembuatan UU ini. Kasus ini memang merupakan kasus KDRT terbanyak, yakni mencapai 74% dari KDRT yang dilaporkan pada tahun 2006.

Sayangnya penanganan kasus ini belum optimal karena relasi intim sebagai suami-istri antara korban dan pelaku. Dimulai dari garda yang terdepan, yakni aparat kepolisian, masih sering mendamaikan korban dengan pelaku dan tidak jarang turut memfasilitasi korban untuk mencabut kembali laporannya.  Jika sudah begini, jangan berharap kasus akan diproses lebih lanjut.  

Sebenarnya aparat tidak dapat disalahkan sepenuhnya dalam hal ini. Kita pun cenderung bersikap sama dengan mereka. Jika tidak berupaya mendamaikan, kita biasanya cenderung diam karena enggan terlibat. Kita masih memandang KDRT sebagai urusan masing-masing rumah tangga. Apalagi jika pasangan suami istri yang bersangkutan akan berbaikan kembali. Tidak jarang kita menggerutu penuh keheranan bagaimana mungkin istri yang sudah dianiaya masih tetap bertahan dalam perkawinannya itu.

Jika dibiarkan, kebingungan-kebingungan semacam ini dapat berimplikasi negatif pada penanganan korban. Bukan tidak mungkin aparat kepolisian jadi semakin rajin mendamaikan korban yang melapor. Kita juga bertambah yakin bahwa korban akan rujuk kembali dengan pelaku. Padahal yang sering terjadi ketika korban kembali dengan pelaku adalah ia memperoleh kekerasan yang lebih intens. Dan kali ini korban semakin sulit untuk melepaskan diri karena pelaku biasanya menjaganya dengan lebih ketat. Tapi pihak kepolisian malah semakin meyakini bahwa korban sudah baik-baik saja karena toh tidak kembali lagi untuk melapor.

Oleh sebab itu untuk menghindari sikap dan tindak penanganan yang salah, langkah awal yang perlu dilakukan adalah memahami terlebih dahulu mengapa perempuan korban bertahan. Dari pendampingan yang saya lakukan terhadap korban, saya menemukan tidak satupun di antara mereka yang menginginkan kekerasan. Namun hal itu tidak serta merta mendorong korban untuk meninggalkan pelaku karena ada dua mekanisme yang berhasil dibangun pelaku untuk melumpuhkan upaya korban melepaskan diri dari pelaku. 

Mekanisme pertama adalah pelaku menciptakan atmosfer menakutkan yang membuat korban merasa tidak mungkin untuk melepaskan diri. Bayangkan seorang korban yang hampir setiap hari disiksa. Setiap kali ia berusaha melawan, pelaku semakin beringas. Belum lagi ancamannya jika korban berani meninggalkannya. Ketika korban telah meninggalkan rumah sekalipun, pelaku selalu berhasil membawanya pulang. Entah dengan melakukan kekerasan ataupun tampil sebagai suami yang baik sehingga menarik simpati. Kedua-duanya efektif dalam membuat orang-orang di sekitar korban meminta korban untuk pulang bersama pelaku.

Mekanisme kedua merupakan perpaduan dari komitmen perkawinan yang dikemukakan Michael P. Johnson, psikolog perkawinan dan siklus KDRT yang ditemukan Lenore Walker, seorang psikolog feminis. Johnson mengungkapkan ada tiga bentuk komitmen perkawinan yang menentukan seseorang untuk bertahan atau melepaskan diri dari perkawinannya. Pertama adalah komitmen personal seperti cinta dan rasa puas terhadap perkawinan. Kedua adalah komitmen moral, yakni rasa bertanggung jawab secara moral karena menganggap pernikahan harus berlangsung sepanjang hidup. Ketiga adalah komitmen struktural, yakni keinginan bertahan karena faktor-faktor penahan seperti tekanan sosial jika bercerai, masalah anak, prosedur perceraian yang sulit, dan sebagainya.  

Seorang perempuan korban bukan tidak mungkin masih mencintai pelaku. Hal ini wajar mengingat seperti kebanyakan orang, korban menikah dengan cinta dan harapan bahwa perkawinan mereka akan langgeng. Pelaku umumnya sangat hebat dalam menjaga komitmen personal ini tetap ada pada diri korban. Mereka membawa korban pada tahapan bulan madu dari siklus KDRT. Setelah tahap pertama dimana pelaku membangun ketegangan demi ketegangan yang memuncak di tahap kedua dalam bentuk penganiayaan, pelaku akan mengajak korban untuk memasuki tahap ketiga yang dinamakan tahap bulan madu. Dalam tahap ini para pelaku menampilkan kesan positif sebagai pria yang baik dan menyenangkan (persona of charming) seperti yang dikenal korban sebelum penganiayaan pertama kali terjadi. Pelaku meminta maaf, menunjukkan penyesalan, dan meyakinkan korban bahwa ia akan berubah.

Lama kelamaan tahap bulan madu hanya menjadi fase yang dingin dan tanpa cinta meskipun tanpa kekerasan. Pada fase inilah menurut saya komitmen struktural memegang peranan penting dalam memengaruhi keputusan korban. Bahkan komitmen ini tetap membuat korban bertahan di saat komitmen personal sudah pudar sekalipun. Johnson memang tidak pernah melihat aspek gender dalam membangun teorinya. Namun saya melihat komitmen struktural memiliki peran lebih besar dalam mengikat perempuan pada perkawinannya dalam masyarakat kita yang patriarkis.

Dalam budaya patriarkis, kepada perempuan telah ditanamkan nilai-nilai kepatuhan dan pelayanan kepada suami. Pelaku menekankan hal ini kepada korban sebagai pembenaran atas kekerasan yang dilakukan. Pelaku memaksa korban melakukan sesuatu hal yang tidak disukai atau bahkan menyakiti hati korban. Cukup banyak korban yang meyakini bahwa ia harus melakukannya sebagai wujud kepatuhan seorang istri sehingga tidak menyadari bahwa pelaku telah melakukan kekerasan psikologis kepadanya.

Kewajiban yang juga ditekankan kepada perempuan selaku istri adalah melayani kebutuhan seksual suami. Tidak sedikit korban yang mengaku dipaksa melakukan hubungan seksual termasuk dalam bentuk yang menyimpang sekalipun. Keinginan mereka tidak pernah menjadi bahan pertimbangan pelaku. Namun karena meyakini bahwa melayani kebutuhan suami adalah kewajiban istri, korban tidak mengerti bahwa pelaku sebenarnya telah melakukan kekerasan seksual. Tanpa pemahaman itu, bagaimana mungkin seorang korban merasa perlu untuk melepaskan diri?

Pada perempuan yang perannya dibatasi sebagai ibu rumah tangga, cenderung akan tergantung secara ekonomi kepada suami. Ketika usia semakin bertambah, perempuan akan semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Kekhawatiran tidak dapat menghidupi diri sendiri dan anak-anak menjadi salah satu faktor yang membuat korban berpikir berulang kali untuk meninggalkan pelaku. Ditambah lagi dengan memikirkan pandangan umum yang berlaku bahwa anak-anak akan jauh lebih baik bila berada dalam keluarga yang utuh. Karena seorang ibu diharapkan mengutamakan kepentingan anak, korban pun rela bertahan demi anak-anaknya.

Perempuan yang menikah sedapat mungkin juga tidak ingin bercerai karena status janda yang akan mereka terima tidak akan mengundang simpati melainkan sebaliknya antipati. Pemikiran-pemikiran mengenai stereotipe janda seringkali menyurutkan langkah korban untuk bercerai. Dalam budaya kita, perempuan memang selalu ditempatkan sebagai Liyan (Yang Lain), bukan berdiri sendiri sebagai Diri yang utuh. Ketika kehilangan statusnya sebagai istri, eksistensi perempuan tidak lagi dianggap ada.

Berbagai aspek struktural di atas telah menekan korban untuk bertahan dalam perkawinannya meskipun perkawinan itu hanya membawa penderitaan. Lantas apa yang harus kita lakukan setelah memiliki pemahaman yang lebih empatis terhadap korban? Saya kira kita dapat membantu mereka meskipun mereka belum dapat keluar dari kekerasan itu. Pertama, memberitahukan kepada korban bahwa kelak mereka membuktikan bukti konkret jika hendak memproses kasusnya secara hukum. Jadi meskipun saat ini mereka belum ingin melakukannya, sedapat mungkin mereka menyimpan bukti-bukti yang diperlukan. Termasuk bukti medis dari dokter bilamana mereka sakit akibat stres ataupun terluka setelah dianiaya.

Kedua, kita dapat membantu dengan menjadi tempat yang dapat mereka percayai untuk membagikan pengalaman mereka tanpa menghakimi mereka. Dalam hal ini, akan lebih baik bila kita mencatat atau merekam cerita korban agar dapat dijadikan sebagai bukti jika kelak mereka memutuskan untuk melaporkan pelaku. Kita juga dapat memfoto luka-luka mereka dan membawanya ke dokter untuk mendapatkan surat keterangan medis yang kelak akan diperlukan.

Dalam membantu korban, tidak ada yang perlu kita takutkan. Tindakan kita dilindungi secara hukum. Berdasarkan UU PKDRT, sebagai anggota masyarakat, kita bahkan diwajibkan untuk melaporkan kekerasan yang dialami korban. Jadi perbuatlah sesuatu untuk membantu korban. Mungkin bukan dengan melaporkan pelaku tanpa persetujuan korban. Tapi setidaknya kita dapat memahami terlebih dahulu psikologi korban untuk dapat bersikap dengan lebih empatis.

Rabu, 03 November 2010

DUNIA PEREMPUAN

Seks, adalah sesuatu hal sangat manusiawi, sebuah bagian dari kebutuhan hidup manusia. Tak dapat kita pungkiri, baik sekarang ataupun nanti, kebutuhan tersebut akan kita rasakan seiring dengan berkembangnya hormon dan kedewasaan manusia.

Seksualitas di dalam diri manusia merupakan sesuatu hal yang sangat luar biasa, terkadang dapat kita mengerti namun di waktu lain menjadi sesuatu yang sangat rumit.
Di masyarakat Indonesia batasan untuk membicarakan seks sedikit demi sedikit mulai bergeser, seks tak lagi tabu untuk dibicarakan. Namun tak adanya pendidikan seks yang dapat menjadi panduan para generasi muda mendorong mereka untuk mencoba-coba dan menemukannya maknanya sendiri.

Ketika masalah timbul, mereka kebingungan, karena tak tahu kemana harus mencari solusi dan ujung-ujungnya malah tertimpa masalah yang lain.
Ada banyak hal yang harus dimengerti oleh seseorang tentang seks dan seksualitas diri sendiri, baik oleh seseorang yang belum pernah melakukan hubungan ataupun yang sudah pernah, untuk menghindarkan kita dari masalah penyakit menular seksual, hubungan tersebut ataupun hal lainnya.

Seksualitas seorang wanita yang berharga dapat menjadi sesuatu yang sangat dibanggakan namun sebaliknya, dapat juga menjadi bom bunuh diri. Kenali seksualitas anda, itulah hal yang dapat kami sarankan untuk lebih menghargai diri anda sebagai seorang perempuan yang bermartabat terutama di mata kaum adam.

1.     Sering kita diberitahu bahwa sebaiknya kita melakukan hubungan seks pertama dengan orang yang kita sayangi dan menyayangi kita serta menjamin kita di dalam suatu hubungan yang lama. Oleh karena itu banyak yang melarang hubungan seks sebelum pernikahan karena tidak adanya jaminan terhadap suatu hubungan itu sendiri. Sebenarnya ini mitos lama yang dikatakan oleh para orang tua untuk menyarankan kita supaya berhati-hati. Tak ada salahnya, tapi juga ada benarnya.

Satu hal yang pasti sebelum anda melangkah lebih jauh, anda harus mengenali diri anda sendiri. Banyak orang yang terburu-buru melakukan seks, beberapa tak tahan mengatasi dorongan nafsu manusiawi mereka, namun ada juga beberapa yang melakukannya karena dorongan pacar atau bahkan teman-temannya yang sudah lebih dulu melakukannya.

Bila pilihan anda adalah melakukannya sebelum menikah, itu mutlak adalah hak anda. Tapi saat dorongan itu muncul, tanyalah kembali kepada diri anda, apakah anda sudah benar-benar siap melakukannya? Sebelum anda menikmati seks dengan patner atau pacar anda, ada baiknya anda menikmatinya dengan diri sendiri.

Jika anda malu melihat diri anda telanjang di cermin itu tandanya anda belum siap melakukannya. Jangan buru-buru, santai saja dan eksplorasi diri anda perlahan-lahan. Tanyakan pada diri anda sendiri apakah anda menginginkan seks untuk sekedar melepas nafsu, atau sekedar ingin menikmati kehangatan seperti adegan-adegan di film?

Sekedar memberitahu bahwa semua adegan film itu bullshit. Seks yang pertama jauh dari itu, terutama jika patner anda sama-sama masih perawan dan perjaka. Bacalah banyak buku tentang anatomi wanita dan coba kenali bagian-bagian dari organ kewanitaan anda.

Cari tahu bagian-bagian sensitif anda dan kenali reaksi atau rasanya jika disentuh. Ciptakan rasa nyaman dengan diri anda sendiri sebelum melakukannya dengan seseorang. Selain aman, hal ini akan membantu anda untuk menghindari ekspektasi yang berlebih terhadap patner anda nantinya, serta sakit hati dan perlakuan tidak menyenangkan.

2.     Komunikasi
Sesaat setelah anda melakukan seks pertama anda, komunikasi adalah hal yang sangat esensial untuk membahagiakan satu sama lain. Tak hanya akan membawa kepuasan di tempat tidur tentang posisi yang anda suka, tapi komunikasi juga dapat menyelamatkan nyawa kita terutama jika kita membicarakan masalah-masalah penting seperti KB, seks yang aman, batas-batas seksual masing-masing, penyakit, ataupun yang lain-lain.

Pembicaraan seperti ini dapat menghindarkan rasa sakit baik fisik ataupun hati di antara kedua pasangan. Belajarlah untuk bertanya tentang seks kepada ibu atau mungkin kakak perempuan anda. Jika anda sedang pergi ke dokter tanyakan pula ke dokter anda mengenai anatomi tubuh atau masalah-masalah lainnya walaupun mulanya itu terasa tidak nyaman atau memalukan.

Selain memperkaya informasi kita, jawaban-jawaban mereka juga dapat menyelamatkan kita dari kejadian-kejadian yang mungkin tidak kita inginkan.

3.     Jujur
Dengan jujur kepada diri sendiri tentang seksualitas, anda dapat menghargai diri anda, menjadi lebih bahagia dan sehat. Seks bukan permainan atau manipulasi dan tak ada seseorang berniat untuk melakukan hal-hal tersebut.

Tanyakan lebih jauh apa yang anda butuh dan rasakan terutama jika anda merasa tidak yakin dapat melakukan hubungan seks dengan patner anda, namun anda tidak ingin menyakiti mereka yang nantinya malah menyakiti diri anda. Jangan berjanji apapun terutama jika anda tidak yakin dapat menepatinya.

Tanyakan pula ke partner anda dan orang lain yang terlibat dalam hubungan anda seperti dokter, teman atau keluarga, tentang apa yang mereka rasakan, meskipun itu sangatlah tidak mudah. Dengan mengatakan kejujuran dan bukan sesuatu yang ingin kita dengar, meskipun tidak nyaman, sekarang atau nanti akan menjadi hal yang paling baik untuk semua orang.

4.     Mengakhiri Kisah Sinetron
Seringkali kita menciptakan sebuah drama dalam kehidupan kita, terutama berkaitan dengan cinta dan seks. Mungkin selama ini kita bosan dengan rutinitas yang itu-itu saja, pekerjaan atau sekolah yang membosankan atau bahkan mungkin ingin keluar dari lingkungan yang tak pernah berkembang.

Semakin tinggi level drama, semakin tinggi cinta atau hasrat karena adrenalin kita naik drastis. Satu hal yang kita ketahui, drama atau cerita penuh konflik berhasil jika digunakan sebagai sebuah novel, tapi untuk menciptakan drama untuk kehidupan kita tidak dianjurkan.

Konflik semakin rumit novel lebih menarik untuk dibaca, tetapi tidak jika itu terjadi dalam hidup Anda. Membuat hidup Anda lebih berwarna memang menyenangkan tapi tidak membuat cerita seperti yang dilakukan para penulis untuk novelnya. Jika Anda memiliki hubungan yang tenang dan nyaman, jangan membuat drama untuk meramaikan hubungan anda.

1.     Sebaliknya, ketika anda merasa ada ‘drama’ mulai dimainkan di hidup anda, jangan langsung melompat pergi, tapi mundurlah sebentar untuk mengetahui apa yang terjadi, alih-alih untuk mengatasi permasalahan yang ada.

Tes dalam suatu hubungan adalah jika hubungan tersebut berjalan dengan sangat tenang dan damai, bukannya saling berteriak dan menyerang. Jangan lupa, selalu ada makna di setiap kejadian dalam hidup.

2.     Beri waktu untuk diri sendiri
Ketika jatuh cinta atau memulai hubungan yang baru, lebih-lebih jika kehidupan seks anda jauh lebih baik dari sebelumnya, dapat membuat anda lupa diri dan selalu ingin menghabiskan waktu anda dengan si dia.

Disini anda harus lebih hati-hati karena hubungan cinta itu dapat benar-benar menyita waktu anda, entah nanti ataupun saat ini. Saat anda berada di suatu hubungan baru, luangkanlah sedikit waktu dan perhatian anda untuk teman dan keluarga atau bahkan diri anda sendiri.

Atur waktu di akhir minggu untuk mengerjakan hobi dan kesukaan anda, dan jaga hubungan baik dengan saudara dan keluarga. Anda tak akan pernah tahu kapan anda akan membutuhkan jasa mereka.

3.     Hargai tubuh anda
Seringkali kita berandai-andai kalau saja kulit kita seputih 
Bunga Citra Lestari atau tubuh kita seseksi Sarah Azhari. Kalau mungkin tampang dan bodi kita seperti selebritis maka mungkin akan banyak kaum adam yang tertarik dengan kita.

Anggapan anda salah besar. Jika anda berpikiran seperti itu, maka anda sukses menjadi korban para pemasar lewat iklan-iklan mereka yang mungkin saja membuat anda membeli produk mereka. Tidak ada iklan yang mengatakan bahwa anda lebih baik memiliki selulit daripada anda kena anorexia, atau lebih baik anda memiliki kulit gelap daripada anda terkena kanker kulit.

Percayalah, laki-laki tidak tertarik dengan selulit anda, atau jerawat yang nongol di muka anda. Mereka lebih suka dengan pancaran positif dan percaya diri anda saat anda menyayangi tubuh anda apa adanya.
Tubuh yang langsing bak model dan kulit porselin memang awalnya menarik perhatian kaum adam, tapi percayalah tubuh sempurna tak ada manfaatnya jika anda bodoh, selalu depresi ataupun sakit-sakitan karena kurang gizi.

Bukan maksud kami untuk cuek pada tubuh anda, tapi setiap orang masing-masing dianugerahi dengan tubuh yang mengagumkan dengan semua sistim kerja tubuh yang sudah diseting dari sononya. Tugas kita adalah bersyukur dan merawat tubuh kita dengan sebaik-baiknya. Jika tubuh kita sehat, akan lebih mudah untuk memiliki emosional yang sehat pula. Aura kita akan terpancar dan bukan tidak mungkin kita akan menjadi pusat perhatian.

Menjaga tubuh supaya tetap sehat, tak hanya dilakukan jika kita jomblo atau berada di suatu hubungan dengan maksud supaya pacar/suami kita tetap tertarik pada diri kita. Lebih tepatnya itu merupakan kewajiban kita sebagai manusia yang sudah dianugerahi Tuhan. Jika anda masih ngga pede dengan diri anda, jangan melongok ke majalah kecantikan, tapi cobalah foto diri anda dan lihat bagian tubuh mana yang anda paling suka. Makin sering anda memperhatikan tubuh anda, makin besarlah penghargaan anda terhadap diri dan tubuh anda.

4.     Hargai perasaan anda
Terkadang untuk memperoleh pasangan, kita membutuhkan waktu lama untuk flirting, pdkt, hingga akhirnya pasangan kita mengatakan bahwa mereka menyayangi kita.

Sangatlah wajar jika kita merasa selalu ingin membahagiakan mereka supaya mereka tidak meninggalkan kita. Terkadang, untuk membahagiakan pasangan seringkali kita melanggar prinsip kita, atau mengorbankan diri hanya untuk menyenangkan mereka. Tapi bukan seperti itu cara kerja sebuah hubungan.

1.     Memang kadang-kadang kita harus berkompromi untuk sebuah hubungan yang kita bangun bersama dengan pasangan kita.
Namun bukan berarti bahwa kita harus mengubah sifat kita yang ujung-ujungnya membuat kita ngga nyaman dengan hubungan yang kita bangun namun kita bertahan hanya karena tidak ingin sendiri.

Jika anda merasa terjebak dalam sebuah hubungan dimana anda merasa tidak dapat memberi apa yang pasangan anda minta, dan anda bertahan hanya karena anda takut melakukan sebuah kesalahan atau takut melukai pasangan anda, maka anda tidak menghargai perasaan anda.

Di dalam suatu hubungan, menjadi bahagia adalah hak kedua belah pihak. Bicarakan hal tersebut jika anda merasa masalah itu dapat dibicarakan, namun bila tidak, mungkin yang terbaik untuk anda berdua adalah perpisahan daripada hubungan tersebut menyakiti salah satu diantara anda.
Saat anda tidak punya pasangan dan anda sebelumnya adalah orang yang aktif secara seksual, ada baiknya anda menghindari casual sex atau berhubungan seks tanpa ikatan. Alih-alih membuat anda senang, hubungan tanpa status itu nantinya akan membuat anda akan merasa jauh lebih sakit.

Beberapa orang merasa bahwa hubungan tanpa status dapat memenuhi kebutuhan mereka sementara daripada ngga ada sama sekali, tapi percayalah bahwa sebenarnya mereka menginginkan lebih dari itu.

Percayalah, seks tidak akan mengubah perasaan seseorang sebenarnya. Daripada menghabiskan waktu percuma dengan orang yang anda tidak suka, apa tidak lebih baik menunggu sementara waktu untuk mendapatkan seseorang yang anda suka dan membangun hubungan yang lebih baru dan lebih segar dengan orang baru tersebut?

2.     Jadilah diri anda sendiri
Bagi kita yang sudah dewasa mungkin hal ini akan lebih mudah untuk dilakukan daripada anak-anak yang masih remaja atau yang sedang dalam proses untuk mencari jati diri. Tapi kadang-kadang kita terseret dengan identitas pasangan kita dan cenderung untuk melupakan siapa diri kita.
Anda adalah diri anda sendiri, bukan pacar Si A atau istri si B.

Kaburkan identitas seksual atau hubungan kita, gali lebih dalam siapa diri anda dan bagaimana membangun identitas anda supaya orang mengenal siapa anda sebenarnya. Memiliki hubungan memang indah dan berjuta rasanya, tapi kelanjutan hidup kita nantinya akan lebih penting daripada bernaung dibawah bayangan pasangan kita.

3.     Menjadi seorang Sexpert
Tidak ada buku yang membuat anda menjadi seorang ahli seks, bahkan kamasutra sekalipun. Hanya anda sendiri yang mampu mengenali seksualitas anda dan patner.

Banyak informasi seputar seks dan hubungan, dengan membaca berbagai media tentang pengenalan seks dan tubuh Anda, seperti informasi tentang kontrasepsi, penyakit menular seksual, kehamilan, dan lain-lain. Bukan informasi tentang bagaimana mencapai orgasme dan informasi sampah lainnya, karena berbeda di masing-masing dan setiap orang dan hanya masing-masing individu bisa tahu, bukan berdasarkan tips dari majalah.

1.     Banyak orang terlambat belajar tentang seks setelah mereka mendapatkan masalah seiring dengan perjalanan cerita seks mereka, seperti setelah aborsi karena kehamilan yang tidak diinginkan atau setelah tertular penyakit kelamin. Sebelum terlambat, bekali diri anda dengan informasi-informasi tersebut terlebih jika anda belum memulai petualangan seks tersebut.

2.     Kesimpulannya
Seks dan seksualitas seharusnya menyenangkan anda dan membawa anda kepada kebahagiaan. Banyak pesan disampaikan kepada para generasi muda bahwa seks atau pacaran itu berbahaya, dan supaya mereka menghindar dari seks karena dinilai tidak sesuai dengan moral atau adat ketimuran kita yang menjunjung tinggi kesakralan seks dalam pernikahan, padahal sebenarnya tidak separah itu.

Oke, memang seks pranikah bertentangan dari agama, tapi hendaknya lebih ditekankan kepada bahayanya melakukan seks tanpa adanya pengetahuan tentang apa seks itu sebenarnya. Karena, dengan hanya melarang tanpa memberitahukan makna dibalik itu hanya akan membuat mereka makin penasaran dan melakukannya.
Jika anda merasa telah pernah gagal dalam seks atau juga dalam hubungan, jangan berkecil hati, karena manusia diciptakan untuk belajar dan memaknai setiap kejadian. Seksualitas anda adalah milik anda yang dapat anda jelajahi dan nikmati baik oleh anda sendiri atau ketika anda siap membaginya dengan pasangan anda. Ketika anda menghormatinya, dan bangga terhadap seksualitas anda, maka akan dapat membuat anda merasa lebih baik, secara emosial atau secara fisik.

Jika anda merasa tidak dapat menikmati seks atau mungkin mempertanyakan identitas seksual anda, mungkin ada baiknya jika anda berhenti sebentar dan mengeksplorasi diri anda lebih dalam. Dan jika anda merasa sudah segar kembali dan siap melakukannya lagi, nikmatilah setiap saat anda bisa mengulangi saat-saat bahagia tersebut, karena memang untuk itulah seks ada.

Kamis, 28 Oktober 2010

Psikologi Perempuan dan Gender

Hari ini Mba Indah yang cantik presentasi tentang "Mitos tentang Perempuan". Secara garis besar ada 4 mitos, yang pertama "Women as Mother Nature", dimana wanita dianggap bersifat seperti alam yang selalu memberi, dsb. Mitos kedua "Women as Seductness", mitos ini menganggap wanita sebagai makhluk penggoda yang menggunakan kewanitaannya untuk menggoda pria atau mendapatkan sesuatu. Yang ketiga" Women as Necessery Evil", wanita dianggap buruk bahkan disejajarkan dengan setan, tetapi tetap dibutuhkan, karena wanita yang mengandung dan menjaga eksistensi manusia di dunia. Mitos terakhir "Women as a Mystery", katanya wanita sulit dipahami, sukar dimengerti.

Hm..menurutmu mitos itu bener nggak?. Dalam sejarah kita pernah dengar bagaimana Cleopatra menggunakan pesonanya untuk memikat Marc Anthony. Dalam legenda Jawa, kita tahu ada Nyi Roro Kidul yang misterius. Ada pula kisah Nabi Yusuf yang digoda mati-matian oleh Siti Zulaikha. Atau dalam kasus ekstrim jaman dulu di Papua, setelah hamil dan saatnya melahirkan, wanita dibedah perutnya untuk diambil bayinya, lalu kemudian dibiarkan begitu saja (cek kebenarannya).

Teman sekelompokku bilang, wanita ditindas dimana-mana. Adat India menyaratkan seorang istri ikut dibakar hidup-hidup bersama jasad suami. Lalu, tidak seperti romantisme dalam film-filmya, kekerasan rumah tangga di Korea paling tinggi di dunia (cek infonya lebih lanjut).

Tapi ko` aku nggak panas hati ya....rasanya itu dunia yang jauh (bukan berarti aku nggak geram kalo denger sesama wanita ditindas). Hanya saja, laki-laki di sekitarku adalah orang-orang yang baik. Bapakku, seorang ayah yang sangat mendukung studiku, selalu siap mengantarku kemanapun, setia mendampingi Ibu, baik...baik sekali. Akhir-akhir ini juga ada yang mendukungku apapun yang kulakukan dengan sangat pengertian. Mungkin layaknya wanita yang nggak selamanya baik atau jahat, laki-laki pun demikian, ya biar "beda", masih sama-sama manusia juga. Apa salahnya saling melengkapi??.

Wanita Butuh Lebih Banyak Sentuhan

Sentuhan
Bagi bayi dan anak-anak, kontak fisik dapat berarti hidup atau mati. Seorang dokter di New York, AS, mendapatkan fakta itu secara tidak sengaja. Ketika itu tahun ’40-an, ia heran melihat tingginya angka kematian bayi prematur di sebuah rumah sakit. Sambil mencari penyebabnya, ia memerintahkan agar setiap bayi di situ digendong beberapa kali sehari. Ternyata tingkat kematian bayi-bayi prematur itu menukik tajam hampir ke angka nol.

Dalam suatu penelitian di Universitas Purdue, seorang petugas perpustakaan diminta menyentuh tangan sejumlah mahasiswa yang meminjam dan mengembalikan buku. Rupanya sentuhan yang biasa sajapun dapat mencerahkan hati. Mahasiswa-mahasiswa itu mengatakan, suasana perpustakaan menyenangkan dan petugasnya ramah. Padahal petugas tidak mengobral senyum atau bersikap ekstra ramah.
Wanita memiliki kebutuhan lebih besar untuk disentuh dibandingkan pria, sebab mereka punya lebih banyak ujung syaraf di setiap inci kulitnya. Perbedaan kebutuhan sentuhan pada pria dan wanita itu dapat juga diteliti dari sikap masyarakat umumnya. Seperti sudah menjadi hal yang umum terlihat, wanita sudah diperkenalkan pada bahasa cinta – yang mengekspresikan perasaannya melalui fisik – sejak mereka masih kecil. Biasanya, sebelum ayah ke kantor, anak perempuan diminta mencium pipi dan memeluknya. Ketika jalan-jalan, anak perempuan otomatis menggandeng ayahnya. Saat beranjak remaja, perempuan lebih leluasa memeluk, memegang tangan atau mencium pipi kawannya sesama wanita.
Di masa pacaran, sentuhan adalah sinyal bahwa dua orang yang bergandengan tangan merupakan sepasang kekasih. Bagi pasangan baru, sentuhan sangatlah berarti. Pada hubungan yang sudah berlangsung lama, hal yang sama bisa berlaku juga. Cinta pasangan sering diukur melalui sentuhannya. Masih adakah cinta itu atau sudah lenyap.
Sita (29 tahun) bercerita, “Saya dan Bambang pergi ke suatu pesta yang dihadiri teman-teman Bambang. Saya diperkenalkan kepada mereka sambil ia melingkarkan tangannya di pinggang saya. Wah, saya merasa istimewa sekali.”
Petunjuk pertama yang ditangkap Sita bahwa Bambang menyukainya adalah melalui sentuhannya. Begitu juga sebaliknya ketika hubungan mereka merenggang. Sita cepat mengetahui hal itu lewat sentuhannya juga. “Ketika kami sedang berjalan pulang,” kenang Sita, “saya memegang tangannya, ia menepis. Itu terjadi beberapa kali pada kesempatan yang berbeda. Jadi, ketika ia memutuskan hubungan kami, saya tidak terkejut”.


Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial

Jumat, 22 Oktober 2010

PEREMPUAN

Selamat datang di Blog  Gadis Desa, blog ini berisikan tentang masalah perempuan dan seribu macam keunggulan dan kelemahannya.

Blog ini disajikan sebagai sarana interaksi kaum hawa dalam mencurahkan buah pikirannya, terutama dalam memperbaiki bangsa ini.

Sebagai sarana tempat sumbang saran , kami mengharapkan semua komponen yang peduli terhadap perempuan berkenan mengirimkan tulisannya.

Semoga kehadiran Blog ini memberi manfaat. Amin
مرحبا بكم في مدونة فتاة القرية ، يتضمن هذا بلوق عن مشاكل المرأة وأنواع آلاف من مزايا وعيوب.

ويقدم هذا بلوق كوسيلة للتفاعل الأنوثة في تكريس أفكاره ، وخاصة في تحسين هذه الأمة.

كوسيلة لتبادل الأفكار مكان ، ونحن نتوقع من جميع المكونات التي تهم المرأة على استعداد لإرسال كتاباته.

نأمل من وجود هذا بلوق لإعطاء الفوائد. آمين
Welcome to the Village Girl Blog, this blog contains about the problems of women and a thousand kinds of advantages and disadvant.

This blog is presented as a means of interaction womanhood in devoting his thoughts, especially in improving this nation.

As a means of brainstorming place, we expect all the components that matter to woman willing to send his writings.

Hopefully the presence of this blog to give benefits. Amen